informasi

Putra Asli Arfak, Septi Meidodga Pimpin Pemuda Adat Papua Wilayah III Doberai

Anggi- Salah satu putra asli suku Arfak diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin. Kali ini adalah tokoh pemuda Arfak Septi Meidodga yang secara aklamasi dipilih oleh perwakilan Pemuda Adat Papua dari 10 Kabupaten, 1 kota se- Papua Barat untuk memimpin Pemuda Adat Papua Wilayah III Doberai. Pemilihan berlangsung dalam Konferensi Pemuda Adat Papua di GOR Sanggeng, Minggu (8/8/2021).

 

Usai pemilihan, Septi Meidodga mengatakan, dirinya secara pribadi siap melaksanakan amanah yang diberikan oleh pemuda adat Papua wilayah III Doberai. “Saya siap menjalankan amanah dan kepercayaan yang diberikan untuk membangun kerjasama dan koordinasi dengan elemen lainnya untuk memanjukan Pemuda Adat Papua di wilayah III Doberai,” ujarnya.

 

Sementara itu, Plt. Ketua DAP wilayah III Doberai, Zakarias Horota mengatakan sosok Septi Meidodga adalahg figur yang sangat tepat memimpin Pemuda Adat Papua wilayah III karena selain dekat dengan banyak kalangan, juga penuh idealis dan energi dengan visi yang jelas. Untuk itu, ia meminta kepada Septi Meidodga agar dapat menempatkan diri secara benar dan bijak. “Ketua Pemuda Adat Papua harus dapat membedakan pimpinan adat dan pimpinan organisasi politik, atau organisasi pemerintahan. Memimpin organisasi adat harus konsisten 100 persen untuk membangun Pemuda Adat Papua yang menjadi tulang punggung masyarakat adat Papua,” ujar Zakarias.

 

Ia juga meminta ketua Pemuda Adat Papua agar total mengabdikan diri untuk membangun kesadaran pemuda adat Papua untuk mengenal diri dan membela hak-hak dasarnya atas tanah, air, laut dan SDA lainnya di atas tanah Papua termasuk hak politiknya. “Peran pemuda adat Papua sangat sentral apalagi sebagai pemimpin karena harus membangun kesadaran bagi pemuda dan masyarakat adat untuk menyadari eksistensinya sebagai pemilik tunggal dan hak kesulungan di atas tanah Papua, bukannya sebagai penonton,” kata Zakarias sambil meminta agar organiasi Pemuda Adat Papua tidak dijadikan batu loncatan untuk ambisi politik pribadi, tetapi menjadi panggilan suci untuk membela hak-hak adat masyarakat Papua di atas tanah leluhurnya. (*)

Shares:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *